Bagi orang yang bekerja di bidang akuntansi istilah Harga pokok penjualan atau disingkat HPP, tentunya sudah sangat familiar. Namun tidak bagi orang awam yang masih menganggap harga pokok penjualan adalah harga jual, pasalnya HPP merupakan total keseluruhan biaya yang dikeluarkan secara langsung oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual.
Biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan saat akan memproduksi barang atau jasa. Pada umumnya perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) dibagi atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.
HPP juga menjadi laporan tentang laba rugi dari setiap biaya operasi dan biaya penjualan. Biasanya terjadi pada perusahaan dagang saja yang memperjualbelikan barang dagangan.
Secara sederhana Harga pokok penjualan adalah nilai tercatat barang yang dijual selama periode tertentu. Termasuk biaya yang dikaitkan dengan barang tertentu menggunakan salah satu dari beberapa rumus, termasuk identifikasi khusus, atau biaya rata-rata
Baca juga: Mari Mengenal Gross Profit Margin dan Contohnya!
Bagi perusahaan dagang, stok barang menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Pasalnya kekosongan stok bisa berakibat pada kelangkaan barang dan berimbas pada penghasilan laba perusahaan. Biasanya tersedia di awal periode, dan untuk melihat saldo persediaan awal barang dagang sendiri dapat dilihat pada neraca saldo periode berjalan atau neraca awal perusahaan, atau tahun sebelumnya.
Untuk menjaga stok barang baik secara tunai maupun kredit, dan biaya-biaya lainnya seperti biaya angkut, transportasi lalu dikurangi dengan diskon atau potongan pembelian serta retur pembelian merupakan bagian dari komponen pembelian bersih.
Dalam bagian ini mencakup tentang transaksi pembelian barang yang dilakukan oleh perusahaan baik yang dilakukan secara kredit maupun tunai. Lalu setelahnya tambahkan dengan biaya angkut pembelian, dan dikurangi dengan potongan atau retur.
Harga pokok penjualan memiliki bukan saja memiliki persediaan awal sebagai komponenanya, tapi juga ada persediaan akhir barang dagangan yang masuk di dalamnya. Bersifat untuk mengurangi jumlah barang yang siap dijual, yang totalnya dapat diperoleh dari persediaan awal barang, dan ditambah dengan pembelian bersih.
Berisi informasi mengenai stok akhir barang dagangan yang ada di akhir waktu tertentu, maupun tentang saldo persediaan akhir barang dagangan yang dapat ditemukan, pada data penyesuaian perusahaan di akhir periode yang ditentukan.
Dalam proses menghitung HPP tentunya Anda harus mengetahui tujuan yang pasti. Sehingga proses ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan saat akan memproduksi barang atau jasa. Pada umumnya perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) dibagi atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.
Sederhananya, HPP juga menjadi laporan tentang laba rugi dari salah satu komponen dalam laporan laba rugi.
Bukan saja mengetahui tujuan menghitung HPP, Anda juga perlu tahu kalau ada beberapa kelebihan yang bisa didapatkan seperti menghitung laba rugi perusahaan, alat bantu untuk menentukan biaya produksi yang sesungguhnya, serta tentunya juga sebagai penentu harga jual barang.
Setelah membahas komponen HPP, selanjutnya kita akan membahas cara menghitungnya lebih lanjut. Akan tetapi perlu diperjelas kembali jika harga pokok penjualan menjadi acuan untuk menentukan harga jual barang sekaligus tingkat laba yang diinginkan perusahaan.
Penghitungan harga pokok penjualan berjenjang pada setiap komponennya, dan diperngaruhi oleh unsur yang berbeda-beda.
Unsur-unsur dalam penghitungan persediaan barang siap dijual terdiri dari persediaan awal dan pembelian bersih yang diformulasikan dalam rumus berikut:
Persediaan barang yang siap dijual = (persediaan awal + pembelian bersih)
Untuk pembelian bersih sendiri diperlukan penyusun rumusnya seperti pembelian kotor, biaya angkut, potongan pembelian, dan retur pembelian. Adapun formulasi dari rumus pembelian bersih yakni:
Pembelian bersih = (Total pembelian tunai dan kredit + biaya angkut) – (retur pembelian + potongan pembelian)
Sama halnya dengan penghitungan lainnya, diperlukan adanya unsur-unsur seperti penjualan, retur penjualan dan tentunya potongan penjualan.
Penjualan Bersih = Penjualan – (Retur Penjualan + Potongan Penjualan
Baca juga: Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur, Jenis dan Manfaatnya
Untuk menghitung HPP maka Anda perlu melakukan penghitungan seperti di bawah ini
Harga Pokok Penjualan = Persediaan Barang – Persediaan Akhir
Untuk menghitung HPPnya adalah sebagai berikut:
[su_box title=”” style=”default” box_color=”#F68A22″ title_color=”#FFFFFF” radius=”3″ class=”” id=””]Pembelian Bersih = (Pembelian + Biaya Angkut) – (Retur Pembelian + Potongan Pembelian) Pembelian Bersih = (20.000.000 + 1.000.000) – (2.000.000 + 1.000.000) Pembelian Bersih = 21.000.000 – 3.000.000 Pembelian Bersih = 18.000.000 Barang tersedia dijual = (Persedian awal + Pembelian bersih) Barang tersedia dijual = (10.000.000 + 18.000.000) Harga Pokok Penjualan = (Barang Tersedia dijual – Persedian akhir) Harga Pokok Penjualan = 28.000.000 – 5.000.000 = 23.000.000[/su_box]Dapat dikatakan menyusun HPP harus disertai dengan data yang lengkap, dan akurat seperti neraca lajur. Perhitungan yang salah sedikit saja akan memengaruhi pengambilan harga pokok. Yang dimana sangat berpengaruh pada harga pengusaha dan kompetitior. Sehingga dapat dikatakan Anda perlu berhati-hati dan memiliki beberapa pertimbangan.