Definisi Globalisasi secara sederhana berarti percepatan gerakan dan pertukaran (manusia, barang, dan jasa, modal, teknologi, atau praktik budaya) yang terjadi secara luas. Saat ini salah satu dampak globalisasi adalah meningkatnya interaksi antara berbagai wilayah dan populasi di seluruh dunia.
Menurut Komite Kebijakan Pembangunan (badan pendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa), dari sudut pandang ekonomi, globalisasi dapat didefinisikan sebagai “meningkatnya saling ketergantungan ekonomi dunia sebagai hasil dari meningkatnya skala perdagangan komoditas dan jasa lintas-batas, aliran modal internasional dan penyebaran teknologi yang luas dan cepat. Hal ini mencerminkan ekspansi berkelanjutan dan integrasi timbal balik perbatasan pasar dan juga menunjukan semakin pentingnya informasi di semua jenis kegiatan produktif dan pemasaran adalah dua kekuatan pendorong utama untuk globalisasi ekonomi.
Baca juga: Revolusi Industri 4.0 di Indonesia, dan Unsur Utamanya
Tahukah Anda kalau fenomena global ini sudah melekat pada sifat manusia. Bahkan ada yang mengatakan jika globalisasi dimulai sekitar 60.000 tahun yang lalu, dimana ini merupakan awal sejarah manusia. Sepanjang waktu, perdagangan pertukaran masyarakat manusia telah berkembang. Sejak dulu, berbagai peradaban telah mengembangkan rute perdagangan komersial dan pertukaran budaya. Namun seiring berjalannya waktu fenomena migrasi ikut berkontribusi pada pertukaran populasi ini. Terutama saat ini, karena perjalanan menjadi lebih cepat, lebih nyaman, dan lebih terjangkau.
Fenomena ini terus berlanjut sepanjang sejarah, terutama melalui jalur militer dan ekspedisi. Akan tetapi saat kemajuan teknologi dalam transportasi dan komunikasi datang, globalisasi berjalan semakin cepat. Khususnya setelah memasuki abad ke-20, dimana perdagangan dunia dipercepat dalam dimensi dan kecepatan yang sedemikian rupa sehingga istilah “globalisasi” mulai digunakan secara umum.
Globalisasi memiliki manfaat yang mencakup berbagai bidang. Ini secara ekonomi maju secara timbal balik di seluruh dunia dan meningkatkan pertukaran budaya. Ini juga memungkinkan pertukaran keuangan antara perusahaan, mengubah paradigma kerja
Sejak 1980-an, keuangan didorong oleh kebijakan neoliberal, sehingga dunia keuangan perlahan-lahan dibuka. Banyak negara, khususnya AS di bawah Ronald Reagan dan Inggris di bawah Margaret Thatcher memperkenalkan “Kebijakan 3D” yang terkenal: Disintermediasi, Penonaktifan, Deregulasi.
Idenya adalah untuk menyederhanakan peraturan keuangan, menghilangkan mediator dan mendobrak hambatan antara pusat keuangan dunia. Dan tujuannya adalah untuk memudahkan pertukaran modal antara para pemain keuangan dunia. Globalisasi finansial ini telah berkontribusi pada bangkitnya pasar keuangan global di mana kontrak dan pertukaran modal berlipat ganda.
Seiring berjalannya globalisasi pada dunia ekonomi dan keuangan, ternyata diikuti oleh globalisasi budaya. Dimana berbagai kebiasaan yang lama telah terbagi, dan tercampur dengan keyakinan yang berbeda. Dapat terlihat jelas jika dampak globalisasi budaya terkait dengan perdagangan komoditas seperti kopi atau alpukat.
Awalnya kopi yang berasal dari Ethiopia dan dikonsumsi di wilayah Arab. Namun karena perdagangan komersial setelah abad ke-11, produk ini dikenal sebagai komoditas yang dikonsumsi secara global.
Baca juga: Dampak Negatif Revolusi Industri 4.0 di Indonesia
Menjadi fenomena yangkompleks. Bahkan memberi pengaruh yang cukup besar pada beberapa bidang masyarakat kontemporer. Mari kita tengok beberapa efek negatif utama yang dimiliki globalisasi sejauh ini
Terlepas dari manfaatnya, pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh globalisasi tidak dilakukan tanpa menimbulkan kritik. Konsekuensi globalisasi jauh dari homogen, hingga ketidaksetaraan pendapatan, kekayaan yang tidak proporsional, dan perdagangan yang menguntungkan pihak-pihak secara berbeda.
Pada akhirnya, terlihat jika terjadi ketidakseimbangan yaitu dimana ada beberapa negara, perusahaan, individu yang mendapat manfaat lebih dari fenomena globalisasi ini sendiri. Terbukti dari sebuah laporan terbaru dari Oxfam mengatakan bahwa 82% dari kekayaan yang dihasilkan dunia masuk ke 1% dari populasi.
Pertukaran budaya, menyebabkan budaya yang ada menjadi bersifat homogen. Itu sebabnya karakteristik budaya tertentu dari beberapa negara menghilang. Padahal setiap budaya baik bahasa ke tradisi atau bahkan industri tertentu unik adanya. Karena itu menurut UNESCO, perpaduan antara manfaat globalisasi dan perlindungan keunikan budaya lokal memerlukan pendekatan yang cermat.