Dalam era modern yang penuh tantangan, jam kerja yang panjang telah menjadi realitas bagi banyak karyawan di berbagai sektor. Bekerja selama 12 jam sehari telah menjadi suatu norma dalam lingkungan kerja yang kompetitif dan cepat berubah. Namun, sementara produktivitas dan dedikasi terhadap pekerjaan sering kali dihargai, perluasan jam kerja seperti ini juga membawa sejumlah dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan karyawan.
Dalam artikel kali ini, GreatDay HR akan membahas tentang aturan jam kerja dan efek bekerja selama 12 jam sehari terhadap karyawan, melihat dari perspektif fisik, mental, serta keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Dengan memahami implikasi dari jam kerja yang panjang, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih bijaksana dalam mengelola waktu dan kesejahteraan dalam lingkungan kerja yang kompetitif.
Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Baca juga: Sering Overworked? Hati-Hati! Ini Dampak Buruk Kerja Melebihi Jam Kerja
Undang-Undang ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, telah mengatur berbagai aspek terkait jam kerja karyawan. Pada dasarnya, beberapa poin penting mengenai jam kerja karyawan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan di Indonesia adalah sebagai berikut:
Jam kerja normal bagi karyawan dewasa adalah 8 jam dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu. Jam kerja ini biasanya diatur antara pukul 07.00 pagi hingga 18.00 sore, dengan waktu istirahat makan siang dihitung sebagai jam kerja. Meskipun begitu, beberapa sektor atau jenis pekerjaan tertentu memiliki batas waktu jam kerja yang berbeda karena sifat pekerjaan atau operasional perusahaan. Misalnya, pekerjaan di sektor industri, perawatan kesehatan, perhotelan, dan transportasi bisa melibatkan jam kerja yang lebih fleksibel atau bahkan non-stop.
Undang-Undang Ketenagakerjaan mengakui konsep “flexitime,” yang memungkinkan perusahaan dan karyawan untuk mencapai kesepakatan mengenai pengaturan jam kerja yang lebih fleksibel. Namun, total jam kerja dalam seminggu tetap tidak boleh melebihi batas yang diatur oleh undang-undang.
Flexitime bisa mencakup pengaturan seperti bekerja lebih lama pada beberapa hari dan kurang pada hari-hari lain, asalkan total jam kerja masih sesuai dengan aturan.
Lembur adalah jam kerja yang dilakukan di luar jam kerja normal dan bisa terjadi jika perusahaan membutuhkan pekerjaan ekstra atau mendesak.
Karyawan yang melakukan lembur berhak mendapatkan kompensasi tambahan, yang umumnya diberikan dalam bentuk upah lembur yang besarnya ditetapkan berdasarkan peraturan atau perjanjian kerja.
Selama jam kerja, karyawan berhak mendapatkan waktu istirahat yang wajib diatur oleh undang-undang. Waktu istirahat ini bisa berupa istirahat makan siang dan istirahat singkat selama jam kerja. Waktu istirahat makan siang biasanya sekitar 1 jam, dan istirahat singkat sekitar 15-30 menit, tergantung pada durasi jam kerja harian.
Karyawan berhak mendapatkan libur mingguan setidaknya 1 hari dalam seminggu. Libur bersama atau cuti bersama diatur oleh pemerintah dalam rangka hari raya atau peristiwa nasional tertentu. Karyawan yang bekerja pada hari libur atau cuti bersama berhak atas kompensasi tambahan.
Karyawan yang telah bekerja selama minimal 12 bulan berhak mendapatkan cuti tahunan. Durasi cuti ini biasanya disesuaikan dengan lama masa kerja karyawan, seperti 12 hari kerja untuk karyawan dengan masa kerja 1 tahun. Karyawan memiliki hak untuk memilih kapan mereka mengambil cuti, sesuai dengan kesepakatan dengan perusahaan.
Beberapa aspek, termasuk jam kerja, lembur, dan hak-hak lainnya, bisa diatur lebih rinci dalam perjanjian kerja antara perusahaan dan karyawan, selama tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Perusahaan yang melanggar ketentuan mengenai jam kerja dan hak-hak karyawan dapat dikenai sanksi, baik berupa denda atau sanksi administratif sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Baca juga: Jam Istirahat Dihitung ke Dalam Jam Kerja Karyawan?
Bekerja selama 12 jam sehari dapat memiliki berbagai efek terhadap karyawan, baik dari segi kesejahteraan fisik, mental, dan keseimbangan kehidupan kerja. Efeknya dapat bervariasi tergantung pada individu, jenis pekerjaan, lingkungan kerja, dan faktor-faktor lainnya. Berikut adalah beberapa efek yang mungkin muncul akibat bekerja 12 jam sehari:
Bekerja selama 12 jam sehari memerlukan tingkat fokus dan konsentrasi yang tinggi, yang dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang cepat. Setelah beberapa jam, karyawan mungkin mulai merasa lelah dan sulit berkonsentrasi. Kelelahan ini dapat mempengaruhi kinerja kerja dan juga menguras energi untuk aktivitas di luar pekerjaan.
Jam kerja yang panjang dapat mengganggu keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Karyawan mungkin memiliki waktu yang sangat terbatas untuk bersantai, berolahraga, menghabiskan waktu bersama keluarga, atau menjalankan hobi mereka. Ini dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan dan mengarah pada kelelahan dan stres jangka panjang.
Bekerja dalam jam yang panjang dapat meningkatkan tingkat stres dan tekanan mental. Karyawan mungkin merasa tertekan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu yang terbatas, dan ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan mental mereka.
Kelelahan yang disebabkan oleh jam kerja yang panjang dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan kesalahan di tempat kerja. Karyawan mungkin menjadi kurang waspada dan responsif, yang dapat mengakibatkan insiden atau kesalahan yang dapat dihindari.
Kurangnya waktu istirahat yang cukup dapat mempengaruhi kualitas tidur karyawan. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik mereka, meningkatkan risiko gangguan tidur, masalah kardiovaskular, dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Sering Lembur? Konsumsi 7 Camilan Sehat Ini Untuk Meningkatkan Energi Saat Lembur
Bekerja selama 12 jam sehari dapat mereduksi waktu yang tersedia untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga, menjalankan hobi, atau bahkan sekadar bersantai. Ini dapat mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.
Jam kerja yang panjang dapat mengurangi waktu yang dapat dihabiskan untuk bersosialisasi. Ini dapat berdampak pada hubungan dengan teman, keluarga, dan rekan kerja, serta mengurangi dukungan sosial yang penting untuk kesejahteraan mental.
Meskipun jam kerja lebih lama, produktivitas dan kualitas kerja karyawan mungkin menurun karena kelelahan dan stres yang berlebihan. Ketidakmampuan untuk beristirahat yang cukup dapat mempengaruhi fokus dan kreativitas.
Bekerja dalam jam kerja yang terlalu panjang dapat meningkatkan risiko burnout. Burnout adalah kelelahan kronis yang mencakup perasaan kelelahan fisik dan mental yang mendalam, kurangnya motivasi, dan perasaan tidak efektif dalam pekerjaan.
Pekerjaan jangka panjang yang melibatkan jam kerja yang terlalu panjang dan intens dapat berkontribusi pada risiko masalah kesehatan jangka panjang, seperti penyakit jantung, diabetes, gangguan tidur kronis, dan masalah mental seperti depresi dan kecemasan.
Bekerja selama 12 jam sehari mungkin diperlukan dalam beberapa situasi, seperti proyek darurat atau pekerjaan berbasis proyek yang memiliki tenggat waktu yang ketat. Namun, penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan fisik dan mental karyawan. Perusahaan dan karyawan perlu berkomunikasi untuk mencari solusi yang seimbang antara produktivitas dan kesejahteraan. Mungkin diperlukan strategi untuk mengurangi beban kerja, memastikan istirahat yang cukup, dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Baca juga: Hati-Hati! Berikut Adalah 8 Dampak Negatif Menjadi Seorang Workaholic