Menjadi HRD artinya menjadi seseorang yang mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan SDM di perusahaan. Selain mengelola data dan berkas penting tentang karyawan dan perusahaan, seorang HRD juga harus memastikan karyawan di perusahaan melaksanakan kewajibannya sebagai pegawai dan memperoleh hak-haknya.
Tentu saja posisi HRD di perusahaan dapat dikatakan sangat penting, mengingat SDM merupakan aset berharga sebuah perusahaan. Oleh sebab itu, orang-orang yang berada di departemen HRD haruslah orang yang tepat yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi.
Umumnya, sebagian besar HRD ditempati oleh orang-orang lulusan psikologi, komunikasi, dan hukum. Sebab, untuk mengelola pekerjaan HRD dibutuhkan seseorang yang mampu berkomunikasi dengan baik, memahami hal-hal yang berhubungan dengan psikologis, dan mengerti hukum, bukan hanya mengerjakan pekerjaan kantor saja.
Beban pekerjaan HRD tidak dapat dipungkiri memang cukup berat karena perlu kesabaran. Sehingga tidak jarang, pandangan terhadap HRD terkesan kaku, tidak ramah, bahkan galak. Namun, hal tersebut bukan alasan yang membenarkan sikap-sikap HRD perusahaan yang demikian.
Justru jika seorang HRD dipandang demikian, HRD tersebut dapat dikatakan gagal memenuhi tugasnya. Lalu, apa saja tanda-tanda kegagalan HRD? Simak artikel berikut ini untuk mengetahui lebih banyak tentang pengertian HRD hingga tanda kegagalan HRD yang perlu dihindari!
Baca juga: Apa Itu HRD? Berikut Pengertian, Fungsi, Tugas Dan Tanggung Jawabnya
HRD merupakan kependekan dari Human Resources Development, sehingga HRD artinya manajemen sumber daya manusia. SDM atau tenaga kerja menjadi aset berharga dalam perusahaan. Seorang HRD harus mampu melindungi perusahaan dari berbagai masalah yang bisa saja muncul pada angkatan kerja.
HRD juga membutuhkan sertifikasi HRD untuk mengelola tugas dan tanggung jawabnya agar dapat memaksimalkan produktivitas para karyawan. Sertifikasi HRD bertujuan agar pegawai mampu bekerja, selalu menjaga komitmen serta semangat dalam bekerja.
Dalam ruang lingkup fungsi, kepanjangan HRD adalah Human Resource Development yang diterjemahkan sebagai manajemen sumber daya manusia (SDM).
Dapat dikatakan bahwa HRD artinya adalah suatu rangkaian kegiatan di dalam suatu perusahaan yang dilakukan secara terorganisasi agar mampu meningkatkan kualitas kerja dan keterampilan tiap anggota perusahaan.
Dalam ruang lingkup organisasi perusahaan, HRD singkatan dari human resource department yang berarti divisi sumber daya manusia. Dengan begitu, HRD artinya suatu bagian perusahaan yang ruang lingkup aktivitasnya meliputi karyawan, buruh, manajer, ataupun pekerja lainnya untuk bisa menunjang aktivitas mereka di dalam perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.
Baca juga: HSE: Pengertian, Penerapan, dan Peran HRD
HRD memiliki tugas-tugas yang harus dilakukan yang seluruh tugasnya berhubungan dengan administrasi dan sumber daya manusia. Beberapa tugas HRD di perusahaan, antara lain sebagai berikut.
Baca juga: Sering Dianggap Sama, Berikut Perbedaan General Affair dan HRD!
Menjadi HRD artinya mereka mengetahui mereka bertanggung jawab atas siapa dan mengayomi siapa. Jika hal ini saja sudah dilupakan, maka itu sudah menjadi tanda adanya kegagalan fungsi HRD. Implikasinya dapat dilihat dari keramahan HRD menghadapi karyawan.
Jika seorang HRD memperlakukan karyawan seolah mereka masalah dan bersikap tidak ramah, bahkan sudah tidak peduli atas permasalahan yang karyawan hadapi, perusahaan disarankan untuk melakukan perubahan manajemen secara internal sebagai bentuk evaluasi.
Sikap yang baik, sabar, dan ramah merupakan kunci dasar untuk mengetahui apakah posisi HRD tersebut ditempati oleh orang yang tepat atau tidak. Sebab, seorang HRD diharapkan dapat memotivasi dan memberikan kesan yang baik bagi karyawan.
HRD mencerminkan wajah perusahaan. Ketika HRD suatu perusahaan manajemennya buruk, sikapnya tidak ramah, citra perusahaan akan terlihat tidak profesional dan buruk.
Penyakit yang seringkali melekat pada HRD ini adalah mentalitas “HRD vs karyawan”. Dalam hal ini HRD akan memposisikan diri mereka sebagai polisi perusahaan, sedangkan para karyawan adalah penjahatnya.
HRD menegakkan peraturan, membuat kebijakan, menegur karyawan terus menerus sehingga pada akhirnya kesenjangan antara karyawan dan HRD terlihat jelas. Tidak ada masalah dengan sikap tegas dan disiplin, namun jika dilakukan secara berlebihan, tentu karyawan akan merasa tidak nyaman dan hal ini akan mempengaruhi kinerja dari karyawan itu sendiri.
Misalnya saja seorang HRD selalu mencari-cari kesalahan karyawan atau membesar-besarkan kesalahan yang sepele, dan menegur karyawan dengan cara yang keras.
Ada kalanya ketika karyawan disarankan untuk berkonsultasi tentang masalahnya ke HRD, karyawan justru berpikiran “mereka tidak akan membantu saya” atau “mereka hanya akan memperburuk keadaan”.
Ketidakpercayaan karyawan akan keberadaan HRD menjadi masalah yang cukup serius. Hal tersebut menunjukkan bahwa HRD sudah gagal menjalankan fungsinya karena tidak bisa dipercaya untuk tempat berbagi dan tidak solutif. Terlebih, jika HRD alih-alih sebagai mediator malah menjadi akar dari masalah yang ada.
Sebab, seharusnya HRD bekerja sebagai mitra atau partner kerja bagi karyawan. Rasa tidak percaya atau rasa tidak aman yang muncul pada karyawan tersebut yang menyebabkan karyawan dihindari.
Menjadi seorang HRD artinya harus mampu bersikap adil dan memperlakukan seluruh karyawannya sebagai partner setara, tidak ada yang lebih spesial atau lebih rendah. Namun, dalam beberapa kasus, ada HRD yang memperlakukan beberapa karyawan lebih istimewa dibanding yang lainnya.
Faktor penyebab adanya sikap pilih kasih ini biasanya karena faktor pertemanan, faktor kedekatan, faktor ketertarikan, hingga gratifikasi. Tentu saja sebagai HRD tidak boleh bersikap seperti itu terlepas dari faktor apa pun.
Sebab, jika ada karyawan yang diistimewakan, maka karyawan lain akan merasa dikesampingkan karena perlakuan yang tidak adil. Misalnya, karyawan A diberikan izin cuti lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan karyawan lainnya karena karyawan A merupakan teman seorang HRD.
Jika seorang HRD berlaku seperti demikian, maka orang tersebut telah gagal sebagai seorang HRD.
Ketika Anda melihat karyawan di suatu divisi yang menyusun deskripsi pekerjaan (jobdesc) mereka sendiri, itu artinya Anda telah melihat satu poin kegagalan HRD lainnya. Jika ada kasus seperti ini, manajemen disarankan untuk lebih tegas dan membagi tugas sesuai jobdesk jabatan masing-masing.
Melalaikan tugas atau membuat karyawan yang mengerjakan salah satu atau lebih dari tugas HRD merupakan satu masalah yang perlu dibenahi oleh perusahaan. Salah satu cara agar bisa melakukan monitoring pekerjaan yang baik adalah dengan menggunakan aplikasi monitoring pekerjaan berbasis sistem HRIS.
Sebab, membuat rancangan dan perencanaan tugas karyawan merupakan salah satu tanggung jawab seorang HRD.
Saat mengambil keputusan, HRD harus memiliki perhitungan yang matang dan bijak dengan mempertimbangkan keadaan finansial perusahaan. Sebab, keputusan yang diambil akan berpengaruh terhadap keuangan perusahaan.
Selain itu, bukan hal yang benar pula masalah keuangan membuat HRD tidak melakukan hal yang semestinya dan mengorbankan orang lain. Misalnya, karena perusahaan sedang mengalami masalah finansial, HRD memangkas gaji atau bonus karyawan yang seharusnya berhak mendapatkannya berdasarkan peraturan yang berlaku.
Meskipun hal tersebut demi keuangan perusahaan, namun hal tersebut tidak dibenarkan dan tidak solutif.
Baca juga: Cara Kerja Human Resource Development dan Manfaatnya untuk Perkembangan Perusahaan
Sebagaimana diketahui bahwa departemen di perusahaan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan hal-hal terkait Sumber Daya Manusia (SDM) di perusahaan adalah HRD.
Tugas yang menjadi tanggung jawab HRD antara lain menjalankan proses rekrutmen, mengelola data kehadiran karyawan, pengelolaan penggajian, employee engagement, pengawasan kinerja, pengajuan cuti, dan lain sebagainya.
HR memastikan kesejahteraan, hak dan kewajiban, sarana prasarana, dan kenyamanan karyawan yang bekerja di perusahaan terjamin dengan baik. Selain itu, HR juga berperan sebagai jembatan komunikasi antara karyawan dengan perusahaan, perusahaan dengan lingkungan sekitar, serta perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Dalam mengelola seluruh pekerjaan tersebut, tentunya membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, terutama jika dilakukan secara manual. Misalnya pengelolaan penggajian karyawan serta penghitungan komponen-komponen di dalamnya yang cukup rumit.
Terlebih lagi jika karyawan yang bekerja di perusahaan berjumlah banyak. Terkadang mereka terlalu penat dengan beban pekerjaan yang ada sehingga melupakan esensi pekerjaan seorang HR sendiri, yaitu menjadi seseorang yang dapat diandalkan ketika karyawan dan perusahaan memiliki masalah terkait pekerjaan.
Untuk menghindari tanda kegagalan HRD, aplikasi HRIS GreatDay HR hadir dengan kelengkapan fitur-fitur canggih yang dapat membantu meringankan pekerjaan HR. Dari mulai mengelola absensi karyawan, pengajuan cuti, hingga proses rekrutmen dilakukan secara praktis dan otomatis dengan satu aplikasi saja.
Terlebih lagi, semuanya terintegrasi dengan payroll, sehingga penghitungan penggajian dan pajak dilakukan secara otomatis melalui aplikasi GreatDay HR. Anda juga dapat dengan mudah mengaksesnya di mana saja dan kapan saja melalui ponsel pintar Anda. Unduh segera aplikasinya di AppStore dan Playstore, atau kunjungi lamannya dan jadwalkan demonya!
Baca juga: Pahami Pengertian, Fungsi, dan Manfaat Sistem Informasi SDM