Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bulan September ini telah menimbulkan banyak pro dan kontra dari kalangan masyarakat. Keputusan mencabut subsidi BBM ini dianggap dilakukan tergesa-gesa dan semakin mencederai kondisi ekonomi masyarakat.
Naiknya harga bahan bakar menyebabkan kenaikan harga kebutuhan lainnya, seperti bahan makanan, harga sewa, biaya operasional, hingga tarif angkutan darat. Sementara itu, belum ada wacana kenaikan upah atau gaji karyawan dari pemerintah pusat.
Hal tersebut membuat kalangan pekerja yang harus selalu mobile setiap hari merasakan dampak yang signifikan dari adanya kenaikan BBM. Meskipun demikian, beberapa kalangan setuju dengan adanya kenaikan BBM ini karena kemungkinan besar mampu menurunkan kadar emisi di udara.
Artikel berikut ini akan membahas tentang dampak negatif kenaikan harga BBM baik secara umum maupun terhadap bisnis. Simak artikelnya untuk ketahui lebih banyak!
Baca juga: Employee Empowerment: Definisi, Manfaat, dan Penerapannya di Perusahaan
Kenaikan harga BBM juga memberikan dampak secara khusus terhadap sektor usaha kecil dan menengah, hingga bisnis besar. Sebab, kenaikan BBM ini akan memberikan beban terhadap aktivitas logistik. Berikut beberapa dampak negatif kenaikan BBM bagi bisnis.
Penyesuaian harga BBM berdampak secara langsung terhadap kenaikan biaya produksi termasuk di dalamnya harga bahan baku, ongkos produksi, dan secara otomatis harga barang yang dijual. Akibatnya, daya beli masyarakat akan menurun karena semakin tinggi harga, maka semakin rendah permintaan.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat berkaitan juga dengan daya beli. Penurunan daya beli kemudian akan menyebabkan pertumbuhan konsumsi masyarakat melambat. Pertumbuhan konsumsi ini diprediksi akan melambat dalam jangka pendek.
Sebab, masyarakat melakukan penyesuaian kembali terhadap pola konsumsi dan pengeluarannya dari efek kenaikan harga BBM ini di semua komponen biaya kebutuhan sehari-hari. Selain itu, lambatnya pertumbuhan konsumsi mengakibatkan perusahaan harus melakukan efisiensi dengan cara PHK untuk mengurangi ongkos tenaga kerja.
Dampak negatif kenaikan BBM terhadap bisnis adalah kemungkinan adanya beberapa sektor usaha yang akan terpuruk, seperti sektor jasa transportasi, logistik, dan jasa perjalanan atau pariwisata. Sementara sektor jasa lain seperti sektor perbankan atau pendidikan tidak terlalu banyak terpengaruh.
Namun, sektor yang akan terkena dampak paling tinggi adalah sektor perikanan tangkap, pertanian, dan industri manufaktur yang umumnya sangat bergantung pada penggunaan BBM dalam komponen biaya usahanya.
Dengan adanya kenaikan BBM yang menyebabkan tingginya harga bahan baku dan ongkos produksi, solusi yang ditempuh untuk mempertahankan bisnis adalah dengan menaikkan harga jual. Sementara itu, pengusaha atau produsen juga tidak dapat langsung menaikkan harga jual karena harus mempertimbangkan proyeksi daya beli masyarakat dan kenaikan beban overhead setelah kenaikan harga BBM.
Dampak dari kenaikan harga BBM ini akan mulai terlihat dalam satu hingga dua bulan ke depan sekaligus memantau kondisi inflasi akibat keputusan pemerintah tersebut. Perusahaan juga banyak yang perlu test the water baik untuk menahan kenaikan harga jual maupun untuk menaikkan harga jual untuk memastikan efeknya terhadap kinerja perusahaan dapat dimitigasi.
Baca juga: Kenali Blue Ocean Strategy: Definisi, Kelebihan, Hingga Penerapannya Dalam Bisnis
Selain berdampak terhadap bisnis, kenaikan harga BBM tahun ini diprediksi akan menimbulkan dampak negatif yang terjadi secara umum dan meluas pada masyarakat dan kondisi perekonomian negara. Dampak negatif tersebut di antaranya sebagai berikut.
Dengan adanya kenaikan BBM, diperkirakan bahwa inflasi secara umum akan melejit di akhir tahun ini hingga 6,1%. Bahkan peningkatan inflasi tersebut tidak akan berhenti hingga setidaknya kuartal pertama di tahun 2023 dan puncaknya bisa mencapai 7,4%.
Selain itu, diperkirakan bahwa inflasi inti atau inflasi fundamental juga akan ikut meningkat sebanyak 5%. Dengan peningkatan inflasi inti tersebut, diperkirakan Bank Indonesia akan melakukan peningkatan suku bunga acuannya hingga lebih dari 100 bps lagi, setelah sebelumnya dinaikkan sebesar 25 bps.
Hal tersebut disebabkan oleh perkiraan peningkatan inflasi setelah adanya kenaikan harga BBM saat ini yang melampaui perkiraan sebelumnya.
Pencabutan subsidi BBM yang menyebabkan kenaikan harga faktanya akan sangat memberatkan kehidupan masyarakat. Sebab, kenaikan BBM ini dilakukan pada waktu di mana perekonomian di Indonesia belum pulih seutuhnya.
Di tengah pergulatan ekonomi, hal tersebut tentu memicu kenaikan harga pangan dan kebutuhan masyarakat lainnya. Dampak selanjutnya dari kenaikan harga-harga berisiko menyebabkan stagflasi. Bahkan, yang dikhawatirkan adalah akan terjadi PHK secara besar-besaran karena pabrik dan industri lainnya terkena dampak dari kenaikan harga BBM.
Selain naiknya harga-harga kebutuhan, kenaikan harga BBM juga berpotensi menekan harga saham akibat meningkatnya inflasi. Solusi yang direncanakan BI dengan menaikkan suku bunga acuan hingga bergerak ke level 3,75% saat ini, merupakan antisipasi yang tepat.
Kemudian, IHSG dalam hal ini akan melakukan pergerakan dengan menguji 7.200 sebagai resistance. Sementara support yang bisa diperhatikan jika terjadi tekanan terhadap saham yaitu 7.105 dan 6.974.
Salah satu dampak yang paling terasa akibat kenaikan BBM adalah naiknya tarif kendaraan umum. Penyesuaian harga BBM yang dilakukan pemerintah saat ini diprediksi akan menyebabkan kenaikan tarif angkutan hingga 15% bahkan lebih, tergantung jenis angkutannya.
Sebagian jenis kendaraan umum yang tidak dikelola pemerintah dapat langsung melakukan penyesuaian tarif. Sementara kendaraan umum yang dikelola dan diatur langsung pemerintah harus berkoordinasi terlebih dahulu untuk menentukan kenaikan tarif.
Selain penyesuaian tarif, kepastian pasokan jumlah BBM di seluruh SPBU di Indonesia penting diperhatikan. Oleh sebab itu, pemerintah dan Pertamina diharapkan untuk meningkatkan sistem dan kemudahan pendaftaran aplikasi MyPertamina yang saat ini digunakan untuk transaksi pembelian BBM subsidi.
Sebab, pembatasan jumlah liter bio solar dianggap cukup merugikan angkutan barang dan penumpang yang setiap hari harus menempuh jarak yang jauh.
Di masa pandemi seperti sekarang ini pengguna pinjaman online mengalami peningkatan hingga 134% bahkan lebih, ditambah lagi dengan adanya kenaikan harga BBM baru-baru ini. Hal tersebut terjadi salah satunya karena merosotnya perekonomian negara akibat pandemi dan kenaikan harga kebutuhan yang sangat berdampak terhadap kondisi finansial masyarakat, tak terkecuali para pegawai.
Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari banyak orang melakukan pinjaman online bahkan dengan bunga yang tinggi tanpa memikirkan risiko ke depannya. Padahal, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan finansial mereka. Dampak buruknya adalah terlilit hutang dengan jumlah yang besar.
Untuk menghindari hal tersebut GreatDay HR hadir dengan fitur Benefits yang dapat melindungi karyawan perusahaan dari risiko finansial yang berbahaya. Dengan fasilitas EWA (Earned Wage Access) karyawan dapat menarik gaji lebih awal tanpa mengganggu arus kas perusahaan. Benefits memfasilitasi karyawan untuk mendapatkan gaji lebih awal dari tanggal gajian.
Program ini aman karena uang yang ditarik merupakan uang gaji karyawan sendiri dan bukan pinjaman sehingga tidak berbunga. Dengan begitu, kesejahteraan dan kesehatan finansial karyawan perusahaan akan terjamin dengan lebih baik.
Unduh segera aplikasi mobile GreatDay HR dan nikmati fitur Benefits sekarang juga! Kunjungi websitenya untuk info lebih lanjut, lalu jadwalkan demo GRATIS!