Kalian Wajib Tahu! Pentingnya Kepemimpinan Diri di Tengah Situasi VUCA

By Rifqi Renanda   |  

Hidup di masa sekarang memerlukan banyak kesiapan. Mulai dari bagaimana kita memilih sebuah lingkup masyarakat dan terlibat di dalamnya hingga mempelajari kemajuan teknologi yang kian bergerak cepat. Ini terutama terlihat di masa Pandemi COVID-19 ini yang sudah banyak merubah pola kehidupan manusia.

Pola-pola seperti itu tentu tidak hanya membutuhkan kesiapan secara fisik, tetapi secara mental dan pola pikir pun sangat dibutuhkan.

Dalam konteks kehidupan manusia, perubahan pola-pola tersebut tentunya membutuhkan sosok pemimpin bagi diri sendiri. Pernahkah Anda berpikir apakah Anda telah memimpin diri Anda dengan cara dan jalan yang benar di masa sekarang? Pernahkah Anda berpikir apakah Anda sudah mengetahui skill apa saja yang wajib dimiliki dalam kondisi serba digital saat ini?

Kondisi kepemimpinan diri yang diperlukan saat ini yaitu Kepemimpinan Abad ke 21. Kepemimpinan ini tak lain berhadapan dengan dunia yang berubah-ubah.

Dengan kata lain, kepemimpinan diri abad ke 21 hidup dalam dunia VUCA yaitu Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguous. 

Lantas, apa itu kepemimpinan diri dan bagaimana kita memimpin diri sendiri di tengah era VUCA ini? Yuk, langsung simak selengkapnya pada penjelasan artikel di bawah ini!

Apa itu Kepemimpinan Diri?

Beberapa orang menyadari akan kepribadian, kemampuan, dan kompetensi mereka sendiri. Tetapi, terkadang mereka sering terbelenggu dengan kesibukan mereka sehingga lupa mengatur diri mereka sendiri.

Contohnya, mereka kurang mahir mengendalikan diri sehingga sering marah, kurang menghargai orang lain atau, berperilaku tidak pantas. Intinya, orang-orang yang tidak mengatur dirinya sendiri ujung-ujungnya melakukan segalanya dengan cara yang tidak tepat.

Maka dari itu, kepemimpinan diri hadir sebagai sebuah alat utama yang harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap orang. Memimpin diri sendiri sama mudahnya dengan memahami diri Anda dan usaha Anda untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 

Kepemimpinan diri dapat diartikan sebagai sebuah praktek dimana seseorang mempengaruhi perasaan, pikiran, dan tindakan mereka untuk mencapai tujuan akhir yang ditetapkan.

Pandemi COVID-19 telah merubah banyak gaya hidup manusia termasuk pada kepemimpinan diri sendiri. Kepemimpinan diri saat ini juga harus bisa beradaptasi dengan dunia yang selalu berubah-ubah yang biasanya dikenal dengan dunia VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguous).

Ingin tahu lebih dalam mengenai dunia VUCA yang masih asing terdengar di telinga? Berikut penjelasannya.

Apa itu Dunia VUCA?

Dunia VUCA

Dunia VUCA bukanlah situasi baru bagi dunia bisnis. Sebelum adanya pandemi, para pemimpin perusahaan sudah menghadapi lingkungan yang terus berubah dan sulit diprediksi. Namun, krisis COVID-19 membuat intensitas dunia VUCA semakin kuat.

VUCA merupakan akronim dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguous.  Ibu Peggy Putri, Co-founder & COO of PARADIGM, berbicara pada GreatDay Connect Webinar tanggal 28 Juli lalu dan mengatakan bahwa dunia VUCA sekarang berubah sangat cepat. 

Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa kondisi dunia VUCA kini menjadi tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realita menjadi sangat subjektif. 

VUCA secara tidak langsung menciptakan sebuah tren baru yang penting untuk dipahami oleh praktisi SDM dan pemimpin perusahaan masa kini. Ketika dulunya orang yang mencari perusahaan untuk bekerja, tetapi kini justru sebaliknya, perusahaanlah yang mencari orang terbaik untuk bekerja.

VUCA adalah situasi yang tidak dapat dihindari, namun bisa dihadapi. Tugas kita hanya bisa mempersiapkan diri kita untuk menghadapi VUCA yang terjadi dengan memimpin diri kita sendiri dengan baik.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa VUCA merupakan akronim dari  volatility, uncertainty, complexity dan ambiguous, namun apakah arti dari keempat poin tersebut?

1. Volatility

Volatility ditandai dengan munculnya berbagai tantangan baru yang sulit diprediksi penyebabnya. Tantangan baru ini tidak memiliki pola yang konsisten karena mereka berubah dengan sangat cepat. 

Yang tadinya diprediksi menjadi ancaman untuk satu tahun lagi, bisa jadi sudah tergantikan oleh ancaman lain saat ini. Sesuatu yang sebelumnya dipikirkan menjadi penyebab ternyata bukan akar dari sebuah masalah. Hal yang tadinya dianggap sebagai sebuah solusi untuk masalah yang ada ternyata justru sebaliknya. Terlihat sangat cepat berubah, bukan?

“Dinamika kehidupan kita saat ini memang berubah begitu cepat. Baru saja berubah, bisa berubah lagi bahkan setiap detik. Contoh: Dulu saat saya skripsi, harus cari buku melalui perpustakaan. Tapi, sekarang buku bisa kita cari melalui internet. Dan yang paling mengerikan, kita ga pernah tau besok itu bakal gimana”, ujar Ibu Peggy Putri (28/7).

Proses terbentuknya lingkungan volatility ini tidak terlepas dari perkembangan internet serta penyebaran informasi yang semakin cepat, berubahnya pola dan gaya hidup, munculnya tatanan ekonomi baru, dan lainnya.

2. Uncertainty

Dengan volatility atau perubahan yang kian membesar, maka dunia ini semakin sulit untuk diprediksi, yang akhirnya menyebabkan sebuah ketidakpastian atau uncertainty. Lingkungan uncertainty menjadi kondisi umum yang suka tidak suka menjadi bagian keseharian dalam hidup kita.

Uncertainty atau ketidakpastian terjadi karena kurangnya informasi yang diberikan dan minimnya sumber yang akurat, serta berhubungan erat dengan data dan teknologi. 

“Sekarang kita punya rencana, tapi kita tidak bisa prediksi dan pasti berubah lagi. Itulah yang disebut ketidakpastian. Satu-satunya yang tidak pernah berubah adalah perubahan”, ucap Ibu Peggy Putri (28/7). 

3. Complexity

Complexity merupakan komponen ketiga dari VUCA. Dalam situasi lingkungan VUCA, kita akan kesulitan untuk mengetahui penyebab suatu masalah secara langsung. 

Interkoneksi dan interdependensi berbagai kejadian menjadi penyebab yang saling mempengaruhi satu sama lain dan mengakibatkan timbulnya masalah yang ada. Sehingga, dengan adanya perubahan dan ketidakpastian ini, maka hidup kita akan menjadi semakin kompleks. 

Perkembangan teknologi yang semakin cepat memang mempermudah hidup kita dari segi komunikasi, pencarian informasi, bisnis, dan lainnya. Tetapi, apakah Anda menyadari bahwa dengan adanya teknologi, hidup kita menjadi sangat rumit?

Menurut Ibu Peggy Putri, peningkatan kompleksitas dalam hidup terjadi karena adanya kemajuan teknologi yang tak bisa dibendung lagi sehingga ikut mempengaruhi pola kehidupan kita. Salah satu contohnya adalah sebelum adanya ojek online, kita mencari makanan di tempat terdekat. Tetapi, dengan munculnya ojek online sekarang, kita menjadi banyak pilihan makanan dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencari makanan yang cocok. 

4. Ambiguous

Ketika mendengar kata “ambigu”, apa yang terlintas di pikiran Anda? Mungkin ada yang berpikiran bahwa ambigu merupakan kalimat yang bermakna ganda, kalimat yang menimbulkan keraguan, dan lainnya.

Ambiguous bisa diumpamakan seperti ketika kita hendak mengambil sebuah keputusan dengan melihat kaca buram sehingga sulit untuk memandang apa yang ada. Dengan demikian, Ambiguous ditandai dengan kesulitan memahami tantangan yang ada dan memilih solusi yang tepat. 

“Dikarenakan perubahan yang sangat cepat, timbul ketidakpastian, dan hidup menjadi kompleks, maka muncullah ambiguitas. Tidak ada yang jelas, semakin banyak hoaks yang menyebar saat ini. Ketika kita ingin melihat mana yang baik dan buruk sangat sulit”, ujar Ibu Peggy Putri (28/7). 

Pada saat ambiguous melanda, maka kita seringkali dihadapkan pada keraguan untuk mengambil sebuah keputusan karena hasilnya menjadi amat tidak pasti.

Dalam menghadapi dunia VUCA saat ini, kepemimpinan diri menjadi skill yang sangat penting untuk dimiliki. Sayangnya, masih banyak yang lupa dan tidak tahu cara yang tepat untuk memimpin diri sendiri. 

Bagaimana Cara Memimpin Diri di Tengah Situasi VUCA?

Kepemimpinan diri merupakan sebuah kunci utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Banyak orang yang sering lupa akan pentingnya kepemimpinan diri sehingga terbelenggu oleh hal-hal yang negatif. Padahal, untuk menjadi versi terbaik diri sendiri, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali dan memimpin diri sendiri. 

Di tengah situasi VUCA ini, hal yang paling penting dalam kepemimpinan diri adalah awareness. Awareness ini menuntut kita untuk menyadari diri kita yang sesungguhnya mulai dari kelemahan, kelebihan, karakter yang dimiliki, dan lainnya. Dengan adanya kesadaran diri, maka barulah bisa masuk ke tahap selanjutnya dalam memimpin diri.

Menurut Ibu Peggy Putri (28/7), memimpin diri di era VUCA ini merupakan sebuah tantangan bagi diri sendiri. Namun, tantangan tersebut dapat dihadapi dengan “Knowing our self to Lead our Self” dengan menggunakan infinity loop

Kepemimpinan diri yang mengacu pada infinity loop akan menciptakan berbagai kecenderungan saat melakukan sebuah tindakan. Kecenderungan-kecenderungan tersebut dapat membentuk pola perilaku yang mengarahkan kita pada tindakan menghasilkan konsekuensi. 

Tak bisa dihindari, kecenderungan yang terjadi terkadang bisa melemahkan kemampuan kita untuk mempengaruhi atau mencapai tujuan yang sudah kita tetapkan.

Maka dari itu, dibutuhkan kepemimpinan diri dalam menghadapi kecenderungan untuk bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kecenderungan memang tidak bisa dihindari, tapi  bisa dihadapi dengan melakukan hal-hal seperti meningkatkan kesadaran diri, mengarahkan diri ke jalan yang benar, dan mengambil langkah-langkah yang efektif.

Tiga Elemen Penting dalam Kepemimpinan Diri

Banyak orang yang sudah berusaha memimpin diri, tetapi terkadang lupa memperhatikan elemen-elemen dalam kepemimpinan diri. Berikut penjelasan terkait tiga elemen penting dalam kepemimpinan diri:

1. Self Awareness

Self awareness berhubungan erat dengan pengetahuan tentang diri sendiri seperti karakter, kepribadian, kekuatan, dan kelemahan di dalam diri. Semakin besar kesadaran diri kita, semakin besar pula kemampuan kita untuk memahami diri dan beradaptasi dengan situasi VUCA ini.

Maka dari itu, hal pertama yang harus dipahami adalah kesadaran akan diri sendiri. Dengan adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi, maka kita memiliki kesiapan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ke depannya.

Ibu Peggy Putri (28/7) juga menuturkan bahwa tanpa adanya self awareness, maka kita tidak bisa memimpin diri kita dengan baik. Dengan demikian, diperlukan intropeksi diri agar bisa memimpin diri lebih baik lagi.

2. Self Motivation

Selain self awareness, ada pula elemen penting lainnya dalam kepemimpinan diri, yaitu self motivation. Jika ingin mencapai sebuah keberhasilan dalam segi apapun, maka hal yang paling penting dimiliki adalah motivasi.

Sama juga halnya dengan memimpin diri, motivasi diri menjadi sangat penting. Motivasi diri merupakan sebuah dorongan yang ada di dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.

Ketika kita dapat menemukan sebuah alasan, fokus, dan semangat untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan tanpa adanya pengaruh dari luar, maka dapat dikatakan bahwa kita sudah memiliki motivasi diri atau self motivation.

Dengan adanya motivasi diri yang tinggi dan kemampuan untuk mengatur diri, maka Anda dapat mengambil tindakan, keputusan, penanganan konflik tim, dan lain sejenisnya dengan mudah.

Self Regulation

Elemen ketiga dalam kepemimpinan diri adalah self regulation. Secara sederhana, self regulation merupakan kemampuan untuk menenangkan diri dari emosi dengan memproses emosi bukan mengabaikannya.

Dengan mengatur diri sendiri, berarti kita mengambil jeda antara emosi atau perasaan yang muncul dalam suatu situasi dan tindakan yang dipilih untuk dilakukan. Maka dari itu, self regulation sangat diperlukan untuk mencapai kesejahteraan emosional. 

Menurut Ibu Peggy Putri (28/7),  terdapat 2 bagian penting self regulation, yaitu self management dan self control. Self management merupakan bagaimana cara kita untuk mengatur diri mulai dari mengatur waktu, energi, dan lainnya. Sedangkan, self control adalah dimana kita harus bisa mengontrol diri sendiri terutama perasaan atau emosi di dalam diri kita.

Cara Menghadapi Dunia VUCA

Muncul banyak pertanyaan mengenai dunia VUCA saat ini, yakni bagaimana cara untuk menghadapi dunia VUCA yang menerjang diri kita sekarang?

Ibu Peggy Putri (28/7) mengatakan bahwa dunia VUCA saat ini bisa dihadapi dengan VUCA juga, tetapi dengan VUCA yang berbeda. Lantas, VUCA apa yang sebenarnya dimaksud oleh Ibu Peggy Putri tersebut? Langsung simak penjelasan di bawah ini!

1. Hadapi Volatility dengan Vision

Kita semua tahu apa rasanya hidup di dunia yang sangat dinamis ini. Kita memiliki kebiasaan yang berbeda, ekonomi yang tidak stabil, dan lainnya. Oleh karena itu, cara yang tepat untuk menghadapi perubahan saat ini adalah dengan memiliki sebuah visi atau tujuan.

Kita harus mengasah kemampuan kita agar menjadi seorang yang fleksibel, memiliki tujuan, dan mudah beradaptasi dengan situasi apapun. Ketika kita menjadi seseorang yang fleksibel, maka menghadapi dunia VUCA ini bukanlah hal yang sulit.

“Untuk ngadepin volatility yang terjadi saat ini, sangat benar bahwa kita harus punya tujuan yang jelas atau punya vision. Ketika kita bekerja di sebuah perusahaan, kita harus tahu sebenarnya tujuan kita apa sih kerja di perusahaan ini? Apakah untuk cari ilmu, cari relasi, dan lainnya?.” ujar Ibu Peggy Putri (28/7). 

2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding

Secara umum, reaksi yang timbul akan ketidakpastian berupa ketakutan yang mengarah pada perlawanan. Di era modern saat ini, teknologi menjadi pertahanan utama untuk membangun kesadaran dan pemahaman.

“Ketidakpastian saat ini bisa kita hadapi dengan understanding dimana kita harus punya pengertian untuk diri sendiri dan dunia. Seandainya kita kecewa, berarti ada yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Tapi, cobalah perlebar perspektif, agar bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda,” ucap Ibu Peggy Putri (28/7).

Cobalah untuk bergabung dalam sebuah komunitas pembelajaran online sebagai forum saling belajar dan saling berbagi. Hal tersebut dapat meningkatkan kesadaran diri sendiri tentang hal yang sedang tren dan dapat mengurangi rasa takut.

Jadikan teknologi sebagai sebuah sarana yang bisa membantu kita untuk menambah pengetahuan di dunia VUCA saat ini. Namun, jangan jadikan teknologi sebagai sesuatu yang tidak berguna bagi diri kita.

3. Hadapi Complexity dengan Clarity

Untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks ini, kita harus mempunyai kejelasan baik memiliki tujuan yang jelas, keinginan yang jelas, dan lainnya.

Buat koneksi langsung dengan setiap orang di seluruh organisasi untuk menghindari kondisi yang sangat kompleks ini. Dengan cara ini, kita akan lebih mudah untuk berbagi informasi, mendapatkan jawaban, dan memperoleh saran dari orang-orang yang mampu memberikan jawaban yang membangun.

Terlebih di dunia kerja saat ini, setiap orang memiliki kesempatan untuk belajar hal baru dari bidangnya sendiri bahkan bidang lainnya. Ketika cara tersebut direalisasikan, maka secara tidak langsung kita sedang meningkatkan potensi untuk mengatasi masalah yang terjadi.

4. Hadapi Ambiguous dengan Agility

Setiap orang memiliki penafsiran atau persepsi yang berbeda terhadap suatu hal. Perbedaan penafsiran ini sering kali menimbulkan kekacauan. Lantas, bagaimana kekacauan tersebut dapat diatasi?

Kita harus berani untuk membangun perubahan dengan menyadari kesiapan diri setiap saat. Selain itu, tetaplah fokus dan menjadi teladan untuk diri sendiri dalam memimpin diri sendiri. 

Yang terpenting adalah kita harus “peka” dan cepat beradaptasi akan perubahan kondisi yang sangat dinamis ini. Dengan itu, akan meminimalisir bahkan menghilangkan ambiguitas yang kerap kali terjadi pada diri kita.

Kesimpulan

Kepemimpinan diri dijadikan sebagai alat utama untuk mengatur kepribadian, kemampuan, dan kompetensi yang dimiliki oleh setiap orang. Sebenarnya, memimpin diri sendiri hampir sama dengan memahami diri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tak bisa dipungkiri, saat ini kita hidup dalam kondisi yang sangat dinamis terlebih dengan adanya Pandemi COVID-19. Hal tersebut telah banyak merubah pola kehidupan manusia. Maka dari itu, kepemimpinan diri semakin dibutuhkan untuk menghadapi dunia ini yang biasanya dikenal dengan dunia VUCA.

Dunia VUCA memiliki akronim Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguous. Dunia VUCA tidak dapat dihindari tetapi bisa diatasi. Tugas kita hanya dengan menyiapkan diri untuk menghadapi dunia ini dengan memimpin diri sendiri dengan baik.

Kepemimpinan diri di era VUCA ini memang merupakan sebuah tantangan bagi diri sendiri. Namun, tantangan tersebut bisa dihadapi dengan “Knowing our self to Lead our Self” dengan menggunakan infinity loop

Tak kalah penting juga, terdapat tiga elemen penting yang perlu diperhatikan dalam memimpin diri yaitu Self awareness, Self motivation, dan Self regulation. Selain itu, dunia VUCA saat ini bisa dihadapi dengan VUCA positif yakni Vision, Understanding, Clarity, Agility.

Memang, dunia VUCA terlihat seperti roller coaster yang dapat membawa kita dan lainnya berputar di atas dan di bawah. Namun, pastikan bahwa kita tetap memimpin diri dengan menjadi seseorang yang fleksibel, memahami keadaan, membangun koneksi, serta memiliki kelincahan. 

Mastering others is strength, Mastering yourself is true power. Ketika Anda memimpin orang lain itu hanya menjadi kelebihan diri Anda, tetapi ketika Anda bisa memimpin diri Anda sendiri itulah merupakan kekuatan yang sesungguhnya”

Peggy Putri, Co-founder & COO of PARADIGM.

Kalian baru sadar kan bahwa sekarang ini kalian sedang hidup di dunia VUCA? Dengan adanya artikel ini, diharapkan kalian bisa lebih mendapatkan dorongan untuk memimpin diri dalam menghadapi dunia VUCA ini.

 
Ingin mendapatkan pengetahuan baru tentang kepemimpinan lainnya secara GRATIS? Langsung ikuti event-event menarik lainnya dalam GreatDay Connect!

Tags : Kepemimpinan, VUCA

Related Topics